Pertumbuhan Jamur pada Kayu

Pertumbuhan Jamur pada Kayu

Shared via AddThis

Curcol :D

Ada yang ingin kukatakan untuk seorang temanku, yang pasti tidak akan pernah didengarnya.
Satu sisi, itu pasti akan memperburuk hubungan kami, yang kurasa memang tidak pernah berjalan baik, yang hanya seolah-olah baik. Tapi di sisi lain, kalau aku tidak mengatakannya, kami hanya akan meneruskan kepura-puraan ini padahal tahu apa yang dirasakan masing-masing pihak. Dan kuputuskan tidak akan mengatakannya :)
* gawe penasaran :D

Oya, sebelumnya, kuberi tau dulu bahwa aku nulis ini dalam mood lumayan oke :D

Temanku, saat pertama aku datang ke hidupmu, aku udah tau kamu nggak suka aku. Dan nggak akan pernah suka aku. Dan mungkin, pikiranku itu benar.
Awalnya, kita hanya kenal lewat pembicaraan orang ketiga, yang adalah orang 'penting' di hatimu. Aku belum ketemu kamu, tapi mungkin kamu udah liat wajahku dari foto. * ge er :D
Saat itu, yang kurasa, kehadiranku cuma kayak hama-pengganggu-yang-wajib-dimusnahkan. Situasinya jelas : kamu nggak suka aku ada.

Akhirnya, kita ketemu. Pagi itu cuaca cerah, dan kita bisa tertawa bersama. Atau paling nggak, itulah yang terlihat. Kamu terlihat bisa menerimaku. Aku mulai berpikir, mungkin, keadaan nggak separah yang kubayangkan. Mungkin sebenarnya, itu cuma pikiran2 burukku tentangmu. Tapi aku belum kenal kamu. Mungkin juga itu cuma kedokmu. Maka aku melalui hari dengan anggapan bahwa kamu memang belum nrima aku, tapi udah ada kesempatan buatku untuk bisa menjalin hubungan yang lebih baik.

Lalu aku dibingungkan dengan kehadiran fakta2 yang kontradiktif. Beberapa kejadian membuatku yakin, kamu pasti udah nrima aku, udah ikhlas dengan keberadaanku, udah bisa melihatku tanpa merasa benci padaku. Termasuk yang keluar dari mulutmu sendiri.
Tapi di banyak waktu yang lain, kamu berlaku sangat lain. Kamu marah, kamu nangis, kamu berontak, kamu menghakimi, kamu menolak, kamu menghindar, kamu kecewa, karena aku. Karena aku udah merampas kehidupan bahagiamu. Karena aku memaksamu untuk berbagi. Karena aku masih bertahan seperti ini dengan tidak tau diri.

Tapi teman,,
bukankah kamu sendiri yang bilang, bahwa kamu menyerah?
bukankah kamu pernah bilang, kamu nggak masalah denganku?
bukankah kamu yang meyakinkanku, bahwa kamu nggak akan menyesal? Padahal aku udah menolaknya, padahal aku yakin, kamu pasti akan terluka,, tapi kamu bilang "nggak papa,,". Plus dengan wajah berbinar-binar. Dan aku udah berkali-kali bilang, "jangan nyesel,"
Kamu paham maksudku dengan "jangan menyesal," kan? Maksudku,, jangan menyesal! Aku ragu kamu nggak bener2 ngrasain kalimatku saat aku mengatakannya. Dan kamu nggak mempertimbangkan efek jangka panjangnya.
Kamu tau kenapa aku tanya ke kamu berkali-kali?
Karena aku tau, bahwa kamu sama denganku. Kita serupa. Apa yang kita rasain, apa yang kita pikir, apa yang kita benci, kita serupa. Apa kamu tau itu? Aku tanya, apa kamu tau itu???
* nggak akan dijawab lah :D

Jadi temanku,, aku sekarang yakin, walaupun kamu pernah berkali-kali bilang bahwa kamu udah mau nrima keberadaanku dengan segala kondisi dan konsekuensi yang akan terjadi,, kamu sebenarnya masih berharap aku pergi saja.

Renung

Akhir-akhir ini, aku lagi kepikiran sesuatu. Sebenernya.. pikiran2 ini udah lama seliweran di benakku, (dan memang sudah seharusnya), tapi, sekarang terasa begitu dekat dan.. menuntut.

Apa yang udah kalian rencanakan untuk masa depan?
Udah taukah kalian, mau ke mana habis kuliah,, mau gimana cari kerjanya,, mau kapan menikah,, dsb dsb rencana masa depan. Mungkin ada yang mikir hal2 itu masih jauh, masih lama, jalani aja sekarang apa adanya. Tapi, hidup tanpa rencana nggak akan berjalan baik. Oke, kita semua tau bahwa Allah lah pemegang takdir. Tapi, apa kita bakal diem2 aja, tenang2 aja, nunggu takdir itu datang ke kita? Nggak kan?

Apa yang akan kita dapatkan nanti tergantung pada usaha kita sekarang. Apa yang udah kamu persiapkan untuk hidupmu? Apa bekal yang udah kamu punya untuk menghadapi kerasnya kehidupan? Punya keterampilan? Punya keahlian? Punya koneksi? Punya materi?
Dan kalau kamu belum punya (dan aku jelas belum punya),, mungkin kamu juga patut cemas, seperti aku.

Hidup di jaman kayak gini nggak mudah. Itu fakta yang semua orang tau. Jadi, kita harus gimana?

Kalo ngliat nilai2 kuliah: Hmm...
Kalo nginget2 aku bisa apa: Hmm...
Intinya aku belum punya bekal untuk masa depanku.

Iri lho, sama anak2 yang sekolahnya semacam SMK. Kalaupun mereka akhirnya nggak nglanjutin ke perguruan tinggi, mereka udah bisa buka usaha sendiri. Mereka malah udah ngerti duluan, langsung ngalami betapa hidup dengan usaha dan keringat sendiri tu nggak gampang. Bahwa uang yang ada di tangan mereka tu mereka dapat dengan susah payah. Dan itu mbikin mereka lebih menghargai kerja keras yang dilakukan untuk mendapatkannya.

Itu mbikin aku mikir, aku udah nglakuin apa? Uang yang orang tuaku kasih tu udah aku balas dengan apa? Hasil kerja keras mereka selama ini itu udah aku gunakan buat apa?
Dan aku nggak nemuin jawaban yang bisa memuaskanku.
Aku belum cukup berbuat sesuatu untuk bisa menuntunku pada sesuatu di depan sana.
Pikiran2 semacam "aku nanti kuliah mau berapa taun?", "kapan aku kerja?", "kapan aku menikah?", menuntut reaksiku untuk bertidak. Tapi apa? Aku nggak tau juga.
Apalagi aku anak pertama. Apa hubungannya? Aku merasa tanggung jawabku lebih besar daripada adik2ku. Itu aja, sekarang, aku belum bisa menetapinya.

Berulang kali kukatakan pada diriku untuk mencari apa yang belum kudapatkan, tapi pada akhirnya aku mendapati diriku tidak melakukan apa-apa.