Pameran Arsitektur dan Talkshow Paska KKA 2011

Tekad, Teguran, dan Tetapan

Alhamdulillah :)
Ya Muqolibbal Qulub,
Tetapkan kepala saya untuk menunduk,
Tetapkan hati saya untuk merendah,
Tetapkan semangat saya di puncak.

Kerjakan satu per satu, selesaikan yang ada di depan mata.
Jangan biasakan menunda-nunda, karena pekerjaan selalu ada.
Teruskan berdoa, karena itulah yang manusia bisa.

Semuanya berakhir pada insya Allah:
Jika Allah menghendaki.

Rearrange

Kuliah baru terasa menyenangkan akhir-akhir ini. Telat banget ya? :)

Aku menengok kembali ke belakang, ke waktu-waktu di mana aku merasakan perasaan seperti ini, dan ternyata hampir nggak ada. Yang paling mendekati cuma waktu semester 1. Setelah itu, aku seakan lupa apa yang membawaku sampai ke jurusan ini, apa yang aku dapat, apa yang aku kerjakan. Semua itu rapuh. Hampa. Aku berjalan tanpa arah selama hampir tiga tahun. Betapa aku begitu bodoh.

Pertemuan itu memang sudah diputuskan untuk terjadi. Aku bertemu kamu, lalu jadi seperti inilah aku sekarang. Maksudku, jadilah aku hampir seperti aku yang dulu.

Kamu bilang, aku akan merasa jauh berbeda.
Ya, itu benar. Aku merasa jauh berbeda.

Aku berhutang begitu banyak sama kamu. Gimana caraku membalasnya?
Oh aku tahu. Aku harus bahagia.

Katakan cara lain yang lebih baik, kalau ada.
:)

NO SARA

Ini hanya penggalan cerita pendek tentang betapa manusia tercetak dengan membawa budayanya masing-masing.
Kejadian ini nyata, dengan pemeran yang disamarkan. Hehehe

Suatu sore yang basah, di kantin kampus, sekelompok mahasiswa sedang berdiskusi. Beberapa lama setelah diskusi berjalan, datanglah seorang teman mereka, bergabung dalam kelompok.
Mahasiswa 1: "maaf ya, aku telat,"
Mahasiswa-mahasiswa lainnya: (menjawab bersahut-sahutan) "ah nggak papa,"
Diskusi pun dilanjutkan.
Mahasiswa 1: (sambil mengelap-ngelap muka karena ternyata dia kehujanan) "eh tisu kek, apa kek,"
Mahasiswa 2: (tanpa ba-bi-bu, membuka tas, mengulurkan sekotak tisu)
Mahasiswa 3: "eh kamu tu ya, bukannya nanya, 'eh ada yang bawa tisu nggak?', malah tiba-tiba ngomong 'tisu kek, apa kek,'. emangnya sini ngerti kamu maunya apa?"
Mahasiswa 2: (merasa geli)

note:
mahasiswa 1: Nangroe Aceh Darussalam (sumatra)
mahasiswa 2: Daerah Istimewa Yogyakarta (jawa)
mahasiswa 3: Banten (sunda)

Kejadian singkat itu membuatku tersadar bahwa betapa berbedanya cara pikir kita, karena terbentuk di budaya yang berbeda.
Ati-ati tuh, yang punya pasangan beda budaya. Hehehehehe