Failed Trial

Ternyata memang bukan sifatku untuk ikut campur urusan orang lain. Situs jejaring sosial menawarkan banyak sekali kesempatan untuk bisa mengintip kehidupan orang lain-teman, gebetan, musuh, keluarga, idola-tapi ternyata itu tidak membawa efek positif untukku.

Mungkin memang ada seninya-seni stalking-dan itu tidak kumiliki. Tapi ternyata kusadari bahwa aku tidak memerlukannya.

Mungkin aku sendiri stalked by someone-karena memang ada yang mengakuinya-tapi selama tidak membawa kerugian untukku, untuk apa resah?

Dan dari beberapa kali percobaan stalking, aku mengambil pelajaran untuk tidak lagi melakukannya.

Kamu?

Nurani

Ini pertama kalinya aku merasakan hal seperti ini.
Bukan. Lebih tepatnya, adalah suatu yang menakjubkan aku bisa memiliki perasaan seperti ini.

Selama ini, aku menganggap itu adalah sesuatu yang sangat absurd. Tidak habis pikir mengapa orang bersedia melakukannya karena konsekuensi yang ditanggung bisa seumur hidup. Hal yang mendasarinya saja absurd. Jadi bukan hal aneh jika aku tidak bisa menerima konsep itu, setidaknya sampai beberapa waktu lalu.

Kamu datang. Dan karena suatu alasan yang tidak bisa kujelaskan, saat itu juga suara kecil di dalam jiwaku berkata,
"Dia."
Bahkan kamu hampir tidak lolos di semua tahapan. Tapi entah mengapa, lagi-lagi karena alasan yang aku tidak bisa jelaskan, itu semua sama sekali bukan sebuah masalah, apalagi masalah besar. Bukan, sama sekali bukan. Sama sekali. Sama sekali..

Bahkan tanpa ingin memikirkan apa yang akan kujalani di hidupku selanjutnya, jika kamu melakukannya, aku akan dengan sangat yakin berkata,

"Ya."

Dengan alasan yang tidak bisa kujelaskan, dengan keyakinan yang entah dari mana asalnya.


Tapi itu kalau kamu melakukannya, kalau kamu diijinkan untuk melakukannya, kalau kita diijinkan untuk mengalaminya.


Kalau tidak?


Allah Maha Mengetahui akan segala sesuatu :)