Mungkin Itu Alam Bawah Sadar?

Pernahkah kamu punya sebuah keinginan yang sangat ingin diraih?
Pasti pernah punya.
Pernahkah kamu mengalami waktu di mana keinginan itu berada di puncaknya, menuntut untuk diwujudkan?
Kalau pernah, kapan? Di waktu apa?
Waktu kamu bangun di pagi hari?
Waktu kamu bersiap menutup menuju tidur?
Waktu kamu segar bertenaga di siang hari?

Tapi pernahkah kamu merasa begini:

Keinginan itu menjadi sangat jelas, nyata, dan menuntut, bukan ketika kalian secara sadar menginginkan dan memperjuangkannya.
Dia datang seperti gelombang ombak laut di tepi pantai berarus deras, menyergapmu yang tanpa pertahanan dan menggulungmu, menyeretmu bersamanya. Hanya untuk kemudian dibawa kembali ke tepi pantai tanpa sedikitpun luka dan cela. Berulang kali, berulang kali, sampai kamu sadar sepenuhnya bahwa pasti gelombang itu akan datang dan menyerbumu lagi. Tapi kamu tetap tidak bisa bertahan. Kamu terbawa gelombang yang sama setiap kali dia datang dan hanya bisa bertanya-tanya ke mana sebenanrnya gelombang itu bisa membawamu kalau kamu tidak terlalu dekat dengan pantai.
Tapi anehnya dia tidak akan datang jika dipanggil. Ketika kamu mengharapkannya datang, dia seolah tidak pernah ada. Dan ketika kamu hampir lupa bahwa dia pernah ada, dia menghantammu begitu kuat sehingga begitu sadar, kamu sudah ada dalam gelombang arus yang dahsyat. Dan kamu tahu bagaimana akhirnya: kamu dibawa kembali ke pantai dengan selamat.
Dan kamu bingung sepertiku sehingga menulis ini.

Pernahkah?
Pernahkah kamu merasa seperti itu minimal lima kali dalam sehari?
Kalau pernah, pendapatmu akan sangat berarti untukku ketika kamu mau berbagi di sini.

Karena keinginan itu menguat dengan sebegitu dahsyatnya justru ketika seharusnya dia jauh dariku:
ketika aku sedang menghadap kepada Tuhanku.

(Tetap) Ada Kejutan

Hari pertama Termin II Studio Tugas Akhir: Pengembangan Desain.

Nggak bisa dibilang hari yang cerah ceria juga. Tapi apapun yang terjadi dan mengawali langkah baru ini tetap ditutup dengan hati hangat di akhir hari.

Fight!
Untuk senyum itu :)

Sebenarnya

Bohong ding klo aku nggak nyariin. Aku nyariin ding. Nyariin bgt. Dan klo nemu lgsg senyum. Senyum lebar, atau senyum biasa, atau senyum terkulum, semuanya berlaku hahaha
Tapi kalo memang jelas nggak ada, aku nggak nyariin lah..

:)
senang

khususnya kalau (selalu) nemu kejutan tiap pulang hehehe

Kaget

Yang pasti, kudapati bahwa aku hanya butuh memandangi lukisan itu.
Karena begitulah sejatinya lukisan: dinikmati dengan pandangan dan hati.

Dan akan begitu seterusnya, sepanjang belum ada warna lain yang menimpanya sehingga dia menghilang dari pandangan.

Salam Sebelum Pergi Tidur

Just for my friend, :)

Kalau kamu mengikutiku selama perkembangan hidupku, mgkn kita nggak akan sedekat sekarang.
Entah karena pernah terpisah kemudian bertemu, atau karena alasan lainnya, kamu berhasil sejajar dgn beberapa orang lainnya di sini, di tempat terhormat.

Mungkin kamu merasa beruntung, tapi sebenarnya aku yang sungguh merasa demikian. Dan oleh karenanya, aku benar-benar ingin mengucapkan terima kasih secara harfiah: mengucapkan.

Tapi mungkin sebaiknya disimpan saja, karena kita nggak pernah tahu kapan atau bagaimana kedudukan itu bisa terjun bebas ke tempat terhina.

Kalau kamu menemukan tulisan ini, anggap saja, ya, aku sedang menulis untukmu, Kawan Lama :)

Catatan (hampir) Akhir Tahun

Wow.. Waktu berlalu seakan terbang, dan ternyata ini sudah akhir tahun. Terlalu banyak kata yg bakal dihamburkan buat cerita semuanya, dan ini bukan diary, hehehe
*meskipun sampai beberapa waktu lalu fungsinya hampir nggak bisa dibedakan

Setahun yg berlalu mengajariku banyak hal. Tentang kesenangan, kesedihan, semangat, kedewasaan, tentang manusia. Aku bukan orang yg baik, tapi aku yakin aku bisa bilang bahwa aku lebih baik daripada aku setahun lalu. Dalam beberapa aspek. hehe

Hidup manusia itu lucu. Saat dia nggak minta kebahagiaan muluk2, datang banyak hal bertubi-tubi. Saat dia terpuruk mengais senyum, semua hal tadi sembunyi entah di mana.

Mungkin terdengar klise, tp 'menahan diri dan carilah sisi positif' bukan ungkapan main2. Jawaban sering baru muncul setelah sekian waktu berlalu dan kamu mungkin sudah lelah mencarinya. Dia yang pelit, nggak segera menampakkan diri agar semua masalah jelas dan tuntas secepatnya. Sehingga kamu nggak perlu mengalami sedih ini. Sehingga kamu nggak perlu terlibat pertengkaran ini. Tapi, kalau kamu sabar menanti dia untuk muncul, kmu bakal lega dan berkata,
"untung saja.."
Berkali-kali, di setiap kesempatan.

Aku nulis ini bukan karena aku sedang sedih, bukan. Aku bahkan sedang sangat bahagia. Aku bahagia karena bahkan saat aku sedih, aku tahu bahwa seharusnya aku nggak perlu sedih. Aku cuma perlu sabar. Dan kesabaran akan menuntunmu ke kebahagiaan yg lebih lagi.

Mungkin kamu bingung mbaca ini, tp sudahlah. Aku cuma ingin berbagi ini, dan semoga kalian yang baca ini bisa menjalani hidup dengan tenang. Bahkan kalian bisa bilang hidup kalian tenang saat hidup kalian lg kacau, tergantung gimana kalian memandangnya.

Hidup tenang itu bukan karena ada banyak harta. Tapi karena ada banyak kasih dan sayang.

Failed Trial

Ternyata memang bukan sifatku untuk ikut campur urusan orang lain. Situs jejaring sosial menawarkan banyak sekali kesempatan untuk bisa mengintip kehidupan orang lain-teman, gebetan, musuh, keluarga, idola-tapi ternyata itu tidak membawa efek positif untukku.

Mungkin memang ada seninya-seni stalking-dan itu tidak kumiliki. Tapi ternyata kusadari bahwa aku tidak memerlukannya.

Mungkin aku sendiri stalked by someone-karena memang ada yang mengakuinya-tapi selama tidak membawa kerugian untukku, untuk apa resah?

Dan dari beberapa kali percobaan stalking, aku mengambil pelajaran untuk tidak lagi melakukannya.

Kamu?

Nurani

Ini pertama kalinya aku merasakan hal seperti ini.
Bukan. Lebih tepatnya, adalah suatu yang menakjubkan aku bisa memiliki perasaan seperti ini.

Selama ini, aku menganggap itu adalah sesuatu yang sangat absurd. Tidak habis pikir mengapa orang bersedia melakukannya karena konsekuensi yang ditanggung bisa seumur hidup. Hal yang mendasarinya saja absurd. Jadi bukan hal aneh jika aku tidak bisa menerima konsep itu, setidaknya sampai beberapa waktu lalu.

Kamu datang. Dan karena suatu alasan yang tidak bisa kujelaskan, saat itu juga suara kecil di dalam jiwaku berkata,
"Dia."
Bahkan kamu hampir tidak lolos di semua tahapan. Tapi entah mengapa, lagi-lagi karena alasan yang aku tidak bisa jelaskan, itu semua sama sekali bukan sebuah masalah, apalagi masalah besar. Bukan, sama sekali bukan. Sama sekali. Sama sekali..

Bahkan tanpa ingin memikirkan apa yang akan kujalani di hidupku selanjutnya, jika kamu melakukannya, aku akan dengan sangat yakin berkata,

"Ya."

Dengan alasan yang tidak bisa kujelaskan, dengan keyakinan yang entah dari mana asalnya.


Tapi itu kalau kamu melakukannya, kalau kamu diijinkan untuk melakukannya, kalau kita diijinkan untuk mengalaminya.


Kalau tidak?


Allah Maha Mengetahui akan segala sesuatu :)