Saya Harus Bagaimana

Pelatih paskib yang sedang melatih adalah orang yang sedang berusaha.
Berusaha berbuat baik.
Berusaha membuat baik.
Berusaha menopang.
Berusaha meyakinkan.
Berusaha mengangkat.
Berusaha membaiki.
Berusaha memotivasi.
Berusaha untuk sang Adik.
Tapi
Itu semua tidak akan berguna,
Itu semua tidak akan berdampak apa-apa,
Itu semua sia-sia,
Itu semua tidak akan ada hasilnya,
Jika sang Adik menolak.
Jika sang Adik tidak yakin.
Jika sang Adik tidak mau percaya.
Dia hanya akan berada di satu sisi,
tanpa ada dukungan di sisi yang lain.
Ibarat tanaman rambat yang sedang berjuang untuk merimbuni pagarnya,
Kalau pagarnya saja menolak menyangga,
Apa bisa daya si tanaman.
Tidak ada.
Kecuali hanya terus berusaha untuk merimbuni pagar.
Meskipun si pagar menolak percaya,
Bahwa si tanaman bisa memberinya kesejukan,
Yang sebenarnya sudah lama ia sendiri rindukan,
Dari si tanaman rambat.


_tulisan ini hanyalah sebuah analogi yang tidak ada hubungannya dengan pasukan, apalagi agraria

Lagi, Kesekian Kali. Masa Lalu?

Tiga penglihatan berturut-turut.

Sebuah jalan. Sebuah sudut. Pagar berbambu. Berbelok. Lapangan. Tiang listrik. Sama sekali tidak asing. Bahkan terasa akrab. Ada aroma kerinduan. Tapi di mana?

Rumah. Tertutup tanaman. Dinding batu. Tanaman rambat. Eropa?

Guling-guling. Rumput. Lapangan rumput. Rumah yang tadi. Halaman belakang. Basah rumput. Masa kecil?

Entah apa dan mengapa. Aku sampai mensketsanya biar tidak hilang. Terasa dekat. Sekaligus terasa asing. Aku sampai menulisnya. Biar tidak lupa.

Di mana? Kapan? Mengapa?