Ritual

Deadline studio tematik 2 baru berlalu hampir 12 jam yang lalu. Tapi aku nggak ngrasain bedanya sama progress studio biasa. Tolok ukur: hasil kerjaku.
Apa yang salah dengan sistem kerjaku? Kenapa waktu yang aku plot hampir selalu nggak bisa mengcover apa aja yang ingin aku kerjakan. Aku udah mengalokasikan waktu untuk mengerjakannya, lalu apa? Kerjaku kurang cepat? Oke, salahkan teknologi yang tidak mendukung.
*aku bukan sedang menyalahkanmu Pochi,, tapi, memang begitulah kenyataanya
Atau terlalu banyak hal lain yang kukerjakan sehingga waktuku untuk mengerjakan studio jadi kurang? Tapi hidupku nggak cuma untuk studio. Tapi apa temen2 yang lain juga nggak berbuat apa2 selain ngerjakan studio? Pasti nggak juga kan? LALU APA YANG SALAH DENGAN CARA KERJAKU? T-T
*no, i'm not crying
aku cuma penasaran. geregetan. gimana cara memperbaikinya. Kasih tahu aku, Pepsodent.

Mungkin masalah efisiensi waktu, atau ketahanan kerja, atau sesimpel kecintaan kerja.
Yeah, aku bohong besar kalau aku bilang aku cinta AutoCAD. Bohong agak besar kalau aku bilang aku cinta SketchUp. Aku akan bilang aku cinta sketsa. Tapi, kalau udah bicara tentang keunggulan teknologi dalam kecepatan dan kepraktisan menyajikan gambar kerja, aku pasti kalah. Mungkin aku bisa menang, dengan syarat2 tambahan yang harus kupunyai untuk menyaingi teknologi untuk menyajikan gambar secara representatif. Dan tanganku nggak kayak tangannya Jaka.

Maaf telah mbikin kamu terlibat dalam ritual renungan paska deadline studio ini (kubilang ritual karena selalu terjadi, baik kuinginkan atau nggak).

Terakhir kali aku puas dengan kerjaan studioku adalah waktu studio 1. Hanya. Itu. Poor me.

Ada masalah, aku yakin. Tapi aku belum bisa nemuin pemecahannya. Dan kesempatan studioku selama 4 tahun kuliah udah habis.

Tapi aku menemui bahwa kalau aku memang suka dan niat, bukan diniatkan suka dan diniatkan niat, hasilnya pasti bagus. Misal; olim biologi, paskib, bahkan hanya sekedar berhasil mbikin tas rajut

Dan muncul pertanyaan: kamu knp kok nggak fokus sm kuliah?

menurutmu? kalau aku tahu aku nggak akan nulis ini, friend.

Enough for it.
Pergi tidur.

Prahara

Malam sudah larut ketika aku memutuskan untuk menuliskannya saja alih-alih menyampaikannya. Hampir seluruh waktuku yang kulalui denganmu kuhabiskan dengan bertanya-tanya.
Apakah?
Apakah?
Apakah?
Tapi nyatanya tidak ada satu pun dari apakahku yang kamu dengar dan aku tidak yakin kamu bahkan bersedia meluangkan telingamu untuk mendengar.
Dulu ketika aku terganggu dengan pikiranku, aku merasa mempunyai alasan untuk merasa terganggu. Namun belakangan kuketahui bahwa alasannya tidak seperti yang kubayangkan, justru sebaliknya. Anggap saja aku memang suudzon karena sebenarnya kamu hanya malu.

Waktu bergulir dan aku ternyata lupa bahwa pernah mempunyai pikiran-pikiran negatif itu. Karena segala sesuatunya berjalan baik, aku bahkan berhasil menganggapmu sebagai salah seorang temanku. Kita bercanda, tertawa, menghabiskan sore bersama.. Semua sewajarnya hubungan pertemanan normal. Aku tidak menyadari sedikitpun ketika kamu menampakkan sorot mata itu lagi.

Asing. Jauh. Protektif. Defensif. Melarikan diri. Lepas. Lenyap.


Lalu apa arti semua yang pernah terjadi ketika itu? Apa arti tawa itu? Canda itu? Sikap nyaman itu? Sorot mata itu? Apa?
Apa?
APA?


Rasanya ingin marah. Rasanya ingin kulakukan apa yang selama ini kutahan. Rasanya ingin kuraih kamu dan menghadapiku. Rasanya ingin kutarik kerah bajumu sambil berkata,
"Lihat mataku!"
karena kamu pasti mengelak.
Rasanya ingin kupegangi kamu erat karena kamu pasti berbalik pergi. Rasanya ingin sekali saja aku mendapat jawaban darimu ketika aku bertanya,
"Apa salahku padamu?"


Tapi semua itu hanya angan
karena nyatanya aku tidak pernah bisa marah terhadapmu,
karena aku tidak cukup bodoh untuk melakukannya,
dan karena alasan utamaku untuk menahannya sangat jelas dan mengerikan.


Kamu bukanlah orang yang dapat dipercaya. Dan aku seorang pendendam.



Seandainya kamu membaca ini, apakah kamu merasa bahwa aku sedang membicarakanmu? Hah?
Aku tahu kamu sering membaca tulisanku.
Aku tahu beberapa hal tentangmu. Hal yang sangat kusyukuri karena aku diijinkan tahu. Sekaligus hal yang sangat kusesali karena menjadi jarum yang menyakitkan di hatiku setiap kali melihatmu bersamanya.


Kukira aku sudah akan berhenti menulis tapi kudapati jariku masih menuntutku bercerita.


Aku memang pernah berikrar sambil lalu tentangmu. Ikrar yang kuyakini ketika aku mengucapkannya dan tidak akan kutarik lagi. Itu benar. Yang tidak kusangka masih terus berlanjut adalah pandangan merendahkan darinya itu. Hei, aku temanmu bukan? Teman kalian bukan? Mengapa begitu sulit membuatku nyaman bersama kalian?


Aku ingin tahu. Aku ingin bisa tahu sehingga aku tidak perlu lagi bertanya-tanya. Aku tidak bisa tahu maka aku tidak keberatan kamu berbohong.


Kuharap dengan sungguh kamu sempat membaca tulisan ini.


Kuharap esok ketika aku bertemu denganmu lagi, aku melihat seorang teman. Temanku.

One Step Higher

Bisa mempunyai kendali atas dirimu adalah sebuah pencapaian yang sangat bagus.
Hemat energi, hemat waktu, hemat uang, dan tidak galau :)

Aku, Kamu, Dia

"kamu kok kayaknya seneng banget San jadi perantara,"

"hahaha bukan,, aku cuma ngrasa aja kayaknya kamu belum nyaman kontak langsung sama dia,"

- - - - - - - - - - - - - - - -

Aku berkata jujur, tapi yang lebih jujur cuma bisa terucap sampai di hati.

"aku nggak tega mbayangin dia di'iyek2' sama temen2 setelah liat dia ngadepin kamu langsung."

Awalnya kalimat itu hampir menyusul jawaban pertamaku. Tapi aku bersyukur aku masih bisa mengerem mulutku. Karena aku juga bisa membayangkan wajahmu kalau aku sampai mengucapkannya. Dan aku  tidak suka kalau kita jadi saling tidak nyaman.

Aku cuma ingin bisa sayang kalian berdua tanpa harus terbebani dengan yang sedang terjadi di antara kalian.

Karena setelah itu aku lihat dia murung sendirian.
Aku cuma tidak ingin dia berpikir macam-macam.

Aku cuma ingin bisa sayang kalian berdua tanpa harus terbebani dengan yang sedang terjadi antara kalian berdua.
Itu saja.

Note

Kebenaran tidak selalu menghampiri ketika ketika kita membutuhkannya.Tapi dia selalu datang di saat yang tepat.

Ingat ini kapan pun kamu merasa ragu. Hanya ingat ini.

Realitas

Mungkin aku memang belum bisa belajar. Tapi bukankah seringkali orang baru bisa mengerti setelah dia berbuat salah untuk yang kedua kali?

Dan karena ini sudah terjadi untuk yang kedua kali, aku sekarang sudah belajar.

Seorang temanmu mungkin bisa bertindak lebih baik dari keluargamu.
Tapi dia juga bisa bertindak lebih jahat daripada musuhmu.

Anomali

Am I crazy or falling in love?
(Crush_David Archuleta)

Aku rasa bukan keduanya. Lalu apa? Begitu sadar, aku ternyata sedang memandangimu.

Untuk seseorang di luar sana,
bukan, aku tidak sedang membicarakanmu.

Tapi aku yakin ini adalah sebuah kontras.


21st Anniversary

Just like another Saturday hehehe :)

I said 'Saturday', not 'Friday.
(mungkin cuma aku dan beberapa orang saja yang mengerti hahaha :D)

Kembali ke kalimat awal. Tidak ada yang berbeda dibanding hari-hariku yang lain meskipun di tanggal ini 21 tahun yang lalu, aku pertama kali menghirup udara dunia. Tapi tetap saja, mendapat ucapan "Selamat Ulang Tahun.." memang menyenangkan hehehe :D

Aku merasa beruntung mengalami beberapa kejadian menjelang ulang tahunku ini. Kejadian-kejadian yang membawa khayalanku ke mana-mana. Dari si Anu, lalu ke si Itu, berlanjut ke 'bagaimana jika begini', 'bagaimana jika begitu', dan seterusnya dan selanjutnya dan secapeknya aku mengkhayal. Semua khayalanku pada akhirnya dihentikan mendadak bisa oleh apa saja, seperti ketok palu hakim yang memvonis terdakwanya. Dan di saat yang tidak seketika, aku bisa melepasnya pelan-pelan dari genggaman, namun tidak serta merta menghanyutkannya pergi. Mereka tetap ada di belakang langkahku, mengambang ringan mengikutiku seolah menunggu untuk membalutku di dalamnya. Aku hanya akan tersenyum memandangnya, ketika salah satu dari mereka berusaha mendekat. Lalu aku kembali menatap lurus ke depan dan berjalan menuju tujuanku. Setidaknya itu yang aku ingin bisa aku perbuat selanjutnya.

Perhatikanlah selalu 'di mana' kamu berada.


Karena senantiasa, waktu berjalan maju, bukan mundur.


Maka bangkitlah, angkat wajahmu, dan melangkahkah ke depan dengan bangga.


Karena dengan semua yang pernah kamu lalui di belakangmu, tidak ada alasan sedikit pun untuk merasa malu, apalagi berkecil hati.


Semua pertanyaan akan mendapatkan jawabannya pada waktunya, percayalah.


Yang harus kamu lakukan adalah tidak perlu memikirkannya.


Selamat ulang tahun, San. :)

Memori

Seperti rajutan.
Awalnya hanya seonggok benang yang mungkin warnanya menarik simpati, namun tidak lebih dari itu. Tapi ketika sudah dirasuki mantranya, benang itu akan terangkai sepatah demi sepatah, kait demi kait. Sampai ketika tersadar, bunga yang cantik tergolek dalam genggaman. Tergurat senyum ketika memandanginya.
Mulailah beralih ke benang yang lain, memulai lagi perjalanan yang sama namun dengan rute yang berbeda. Mungkin dengan angan-angan yang berbeda pula. Dan selalu, didapati seulas senyum pada akhirnya.
Setiap tarikan, setiap simpul, setiap liuk yang tercipta membawa serta perasaan pembuatnya.

Ketika kamu rindu perasaan itu, kamu hanya perlu memandang bunga cantikmu.
Dan kamu akan menemukan dirimu tersenyum, lagi.

Kali ini giliranku untuk mengambil bunga rajutku yang telah lama kusimpan.
Hari ini saja, aku ingin memandanginya lagi.

Ada sedikit harapan dalam hati yang naif ini, untuk bisa merajut bunga-bunga cantik yang lain, entah kapan.
Naif, karena aku ingin dia sama dengan bungaku yang pertama.

Semoga aku tidak perlu mengurai untuk mencipta kembali.

_8 September 2011_



Demam Mastercheff

Menu buka puasa hari ini:
Sushi Roll a la Sandra :)


Sushi rice, nori, salmon, udang, timun, alpukat
*nggak dapet wasabi, tp nemu Wasabi Mayonnaise. Lumayan.. :)

Mabok sushi :9

Abstrak itu Nyata

Ketik, hapus. Ketik, hapus lagi.

Termenung.

Kedip. Kedip.

Aku rasa aku sudah. Tapi ternyata aku belum. Apa aku akan salah kalau aku bertanya 'bagaimana'?

Renung.

Pasti lebih mudah kalau itu bukan angan.


Seharusnya aku berhadapan dengan layar hitam sekarang.


Berkali-kali nada peringatan yang sama:
Jangan, jangan sampai syirik.
Tapi di mana batasnya?

Berkali-kali aku ingin melontarkannya.
Tapi aku takut jawabannya akan sama:
Sebenarnya aku tersinggung.

Terucap lagi sepenggal yang sama, sepenggal yang dilarang.
Tapi tahukah? Lagi-lagi jawabannya sama:
Pasti tahu, tapi kenapa terulang? Atau memang diulang? Entahlah, apakah mengingatkannya juga termasuk menyinggung?

Aku bingung apa yang tahu dan tidak tahu. Seberapa tahu. Atau seberapa tidak tahu. Apakah sengaja sehingga aku bertanya?

Karena keraguan bisa menjadi bara yang membakar diam-diam dan berubah menjadi api yang menghanguskan.

C / C / C

Aku memang merasa kurang sehat sejak beberapa hari yang lalu. Kukira flu biasa. Tapi kemarin, aku merasa ada yang aneh.
Awalnya aku nggak sadar, sampai kemarin malam. Aku merasa ada cairan yang keluar dari sesuatu yang kepencet di lenganku. 'Wah. Bencana nih. Jangan2 aku cangkrangen.'
Dan semaleman setelah itu aku kemimpi2 "chickenpox... chickenpox..."

Paginya, alias tadi pagi, aku laporan ke orang tuaku. Dan, menurut kesaksian adikku yang udah pernah cangkrangen, itu udah pasti cangkrangen. Oke. Langsung ke dokter.

Setelah minum obat, panasku memang turun dan badanku udah jauh lebih baik rasanya. Tapi ternyata penderitaan yang sebenarnya baru saja dimulai.

Gatal.

Pol. Dan nggak boleh digaruk kan.. Dan lepuhan2 itu tambah banyak. Dan aku tanggal 11 Juli besok, alias seminggu lagi, kerja praktek di Solo. Wah.. Cobaan sabar nih.
Tapi alhamdulillah aku sakitnya sekarang, bukan pas di Solo besok. Nggak kebayang.
Aku searching2 itu cangkrangen dan ada artikel di sebuah blog yang lumayan menenangkan. Ini sedikit cuplikannya.

Apa itu Cacar Air?
Istilah latinnya Vrisela atau Chickenpox sedangkan istilah Jawanya Cangkrangen ternyata disebabkan virus caricella=zoster. Akibat dari serangn virus ini bisa ruam kulit muncul sekumpulan bintik=bintik kecil yang datar maupun menonjol atau melempuh yang lepuhannya berisi cairan kemudian keropeng dan menimbulkan rasa sangat gatal serta panas.

Gejalanya
1. gejala awalnya; Sakit kepala, demam sedang,pilek, batuk dan merasa tidak enak badan.
2. berikutnya 24-36 jam setelah gejala awal, muncul bintik-bintik yang menonjol (papula), membentuk lepuhan berisi cairan/ vasikel yang terasa gatal.
3. setelah 6-8 jam akhirnya lepuhan itu akan mengering dan selanjutnya akan terbentuk bintik-bintik dan lepuhan yang baru.
4. lepuhan baru terus terbentu dan berakhir tidak lebih pada hari ke-5. Pada hari ke-6 seluruh lepuhan akan mengering.
5. Dalam waktu kurang dari 20 hari lepuhan yang mengering akan menghilang.
6. Daerah yang sering muncul bintik-bintik biasanya di bagian tubuh yang atas (dada, punggung,bahu, tangan, dan wajah).

Penularannya
Penyakit ini mudah sekali menular. Cara penularannya melalui percikan ludah penderita atau benda-benda terkontaminasi oleh cairan dari lepuhan kulit. Waktu penularan dimulai dari gejala awal sampai lepuhan terakhir yang telah mengering.

Pencegahan/ Cara Mengatasi
1. jika diketahui gejala awal di atas segera periksakan ke dokter
2. untuk mengurangi rasa gatal bisa dikompres dingin, kalau orang jawa diolesi jagung muda yang sudah dihalukan. Bisa juga diolesi lation kalamin, antihistamin/ anti gatal atau lainnya yang mengandung mentol atau fenol.
3. agar tidak terinfeksi; sesering mungkin kulit dicuci dengan air dan sabun, menjaga kebersian tangan, memotong kuku, serta pakaian tetap kering dan bersih.

Sumber: umsedukasirsbi.blogspot.com


Semoga aku cepat sembuh. Amin.

Pergi Untuk Kembali

Juli 2011.
Awal dari perjalanan kami, yang akan membawa kami menapaki jalan masing-masing nantinya. Meskipun pada prakteknya, beberapa sudah melangkah lebih dulu. Tapi tetap saja, ini adalah moment perpisahan sampai kami dipertemukan kembali. Lebay ya? Hahaha..

Aku bakal kangen kalian banget temen2.. Lebih dari yang kukira. Semoga apapun yang kita jalani mulai besok Senin bisa membawa kita ke hidup yang kita inginkan. Kayak kata Ahim:
For the Better Future.

Good Luck buat kita semua,, Tuhan bersama kita :)
Amin..


Arsitektur UGM 2008
Photo by Asyrakul Imro Nuriza

I'm Ok

Datang di saat yang tepat :)
Thanks God.



http://www.stumbleupon.com/su/2Btqgv/funstuffcafe.com/img/creative-art/messages/messages08.jpg

Pijakkan ke Arah yang Benar

Menyusun rencana masa depan.
Salah.
Menyusun KEMBALI rencana masa depan.
Dulu aku sempat bingung mau dibawa ke mana hidup ini. Wajar, itu masa-masa jahiliyah memang. Sekarang, aku berani menjawab dengan yakin apa yang ku mau. Dan setelah ku pikir-pikir lagi, memang itulah tujuanku sejak awal, bahkan sejak aku belum kenal innercourt JUTAP.

Di sebuah kuliah yang boring, Pak Dosen tiba-tiba tanya hal yang nggak ada hubungannya dengan kuliah siang itu.
Pak Dosen: (menanyai seorang mahasiswi) "Mbak. Besok kamu pengen jadi apa?"
Si Mbak: "eh... Arsitek Pak.."
Pak Dosen: "Arsitek tu kerjanya ngapain coba?"
Si Mbak: "eh..."
Pak Dosen: (senyum-senyum geli) (mencari mangsa baru)
Pak Dosen: (menanyaiku) "Mbak, kamu, besok mau jadi apa?"
Aku: (tersadar dari lamunan) "Oh, saya Pak?"
Pak Dosen: "iya"
Aku: (menjawab dengan mantap)
Pak Dosen: "Oh ya,," (senyum-senyum lagi) (melanjutkan kuliah)

Kadang kita belum benar-benar sadar apa yang kita mau sampai bertemu dengan orang yang bisa membantu kita untuk mengucapkannya.

Sesaat yang Berarti: Berdoa

Entah, aku hanya sedang ingin sekali menulis. Mungkin kamu bakal menganggap kamu sudah buang-buang waktu dengan membaca ini, tapi bagaimanapun juga, makasih sudah mau mampir untuk sekedar lihat-lihat :)

Aku bersyukur bisa hidup.
Kita: aku dan kamu, cuma manusia: makhluk ciptaan= di bawah kendali Sang Pencipta. Jangan takabur, manusia. Kamu nggak punya apa-apa, kamu nggak tahu apa-apa. Jangan sombong manusia. Kamu lemah.

Sekedar sharing, ada hadist yang membuatku bersemangat. Intinya saja ya, aku nggak hapal arabnya :)
- sholatlah dengan khusyuk dan jangan terburu-buru.
- selesai sholat, berdzikirlah, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu walau dosa-dosamu itu layaknya buihnya lautan (maksudnya, dosamu buanyak banget)
- berdzikir = memuji pada Allah. Selesai memuji pada Allah, membacalah shalawat untuk Nabi Muhammad SAW.
- setelah berdzikir, berdoalah, niscaya Allah akan mengabulkannya.

Mungkin terdengar sederhana dan klise, tapi cobalah. Itu tidak sesederhana yang kamu kira.

Ada lagi, tapi ini sms dari temanku. Entah dia bikin sendiri atau dapat dari mana. Tapi ini aku simpan di saved messages hapeku :)
Smsnya datang subuh-subuh, waktu mataku masih lengket :D

Indahnya jika sholat tertib:
- bila Subuh utuh, pagi tumbuh, hati teduh, pribadi tidak angkuh, keluarga tidak keruh, maka damai pun berlabuh.
- bila Dzuhur teratur, diri jujur, hati tidak kufur, rasa selalu syukur, amal tidak udzur, keluarga akur, maka pribadi makmur.
- bila Ashar kelar, jiwa sabar, raga tegar, senyum menyebar, maka rejeki lancar.
- bila Maghrib tertib, mengaji jadi wajib, wirid jadi karib, jauh dari aib, maka syafaat tidak raib.
- bila Isya terjaga, malam bercahaya, gelap tak terasa, Insya Allah hidup damai sejahtera.
Sholat khusyuk dan tepat waktu itu indah lho..

Nah, sudahkah kamu sholat? :)

Anak-anak Perempuan Bapak

Hari ini Bapak ulang taun. Selamat ulang taun Pak :)

Aku sms, De Aya sms, Mama apalagi.

Dan aku geli waktu mbaca sms De Aya ke Bapak.

Aku:
" Selamat ulang taun Pak.. :)
Semoga diberi kesehatan, keamanan, rejeki yang lancar halal barokah, n tambah sayang sama keluarga. hehehe"

De Aya:
"BAPAAAAAAK selamat ulang tahuuuuuun :D
*peluk :3
semoga tambah mesra sama mama
<3 <3 <3 <3 <3 <3 <3"

Betapa kami berbeda. hahaha..

Sore yang Hangat di Padmanaba

Waw. Done. 2-0. Nice :)

Makasih pada siapapun yang telah membantu saya keluar dari kesulitan-kesulitan saya :)

Semoga saya selalu dalam bimbingan dan dampingan Allah SWT dalam menapaki hidup ini.

Amin.

*btw, aku kangen sekolah ini amat sangat. Terutama sore-sore semacam ini. Cahaya mataharinya, daun-daun yang tertiup angin, tenang, hangat, dan mengayomi. Ini rumah kedua saya. Ini keluarga saya. Halo Padmanaba, saya main lagi lho..
Wah. Dia tersenyum sama saya :) (melihat ke arah karetan. hahaha :D)

 no edit, karena berbagai keterbatasan yang ada :p

Tidak Segampang Kedengarannya

Di sela kantukku semalam, ada nasihat yang membuatku benar-benar terjaga sejenak.

Kalau kamu dianiaya dan kamu sabar, skornya 1-0.
Kalau kamu dianiaya dan kamu memaafkan, skornya 2-0.

Mengena banget. Tapi waktu aku berkata pada diriku,
"Oke San, maafkan, lalu skormu akan jadi 2-0 :)"
di saat yang bersamaan, aku mendengar diriku yang lain berteriak,
"NO WAY!"

Oh.. Oke.. Mungkin lain kali, waktu aku udah siap. Maaf, tapi sampai saat ini, aku masih akan mempertahankan skor 1-0.

Penggalan Kenangan dan Harapan

Ada cukup banyak hal yang membuatku merasa dibenci sekaligus (mungkin) disukai. Ada banyak potongan ingatan yang kalau disusun, pasti nggak cocok dan nggak menemui kesimpulan. Apalagi kalau dirunut sejak awal banget kamu bisa kenal aku, soalnya meskipun aku bisa kenal kamu, nyatanya aku nggak kenal kamu :D

Setelah beberapa lama (sebenarnya) kita bersama lalu terpisah, kita dipertemukan lagi dengan waktu yang lebih lama, yang mungkin memuat tujuan yang lebih jauh.
Tapi mau nggak mau sisi pesimisku muncul juga melihat kondisi yang begitu sering terjadi saat kita bersama.
Waktu itu, kamu tertawa dengan dia, tapi langsung diam begitu aku buka suara.
Di waktu yang lain, kamu menepis tanganku waktu aku berusaha membantumu.
Dan di waktu semua perhatian sedang tertuju padaku, kamu memalingkan muka. Hanya kamu yang memalingkan muka.
Tapi coba ingat..
Di waktu yang hanya 5 detik itu, matamu nggak lebih dari sejengkal dari mataku. Dan 5 detik sudah cukup lama untuk membuat adegan itu permanen di memoriku.
Dan malam itu, aku berani bertaruh teman, bahwa candaanmu itu berarti banyak.
Dan di banyak waktu yang lain, ketika senyum itu benar-benar untukku.

Aku belajar untuk mengabaikan dan menerima, tapi dengan dukungan penuh yang kuterima, aku didorong untuk mewujudkannya. Tapi kalau keadaan memungkinkanku untuk memilih, aku memilih duniaku. Karena di sana aku bisa menghirup udara nyaman yang kucintai dan hidup sebebasnya, alih-alih meraba-raba bahkan hanya untuk bisa berdiri tegak dan berjalan dengan benar di duniamu.

Betapa Aku Ingin Menulis

Hebat. Betapa butuh pikiran yang jernih untuk mencegahku bertindak konyol. Tebing sore itu masih lekat di ingatanku sekuat pesan yang tampak mati-matian ditanamkan di pikiranku. Aku sudah bukan anak SMP lagi, yang bisa menjadikan sebuah buku sebagai media curhat habis-habisan tentang cinta monyet. Aku sudah hidup lebih lama untuk tahu bahwa yang aku butuhkan bukan buku, tapi sebuah hati yang tulus untuk mau mendengarkan ceritaku tanpa aku merasa curiga. Seorang sahabat.

Pertanyaannya sekarang berbalik.
Sanggupkah aku?

Jadi pingin mbikin Untold Story versiku sendiri. hehehe...

Next to Me

Nice day. Really.
Tanganku sampe dingin :D

Mungkin kamu akan bilang aku pengecut kalau kamu ndengerin ceritaku.
Tapi aku akan bilang aku bijaksana.
Aku nggak mau kondisi yang udah berjalan semanis ini (paling nggak, nggak sepahit dulu) rusak dan balik lagi ke awal kayak dulu lagi. Nggak akan kuijinkan. No way.
Ada perbedaan besar antara puas dan serakah. Kadang kamu nggak boleh melangkah lebih jauh lagi untuk dapet hasil yang lebih bagus. Kamu harus cukup dengan yang ada sekarang, dan menghentikan langkah coba-cobamu.
Paling nggak, sampai kamu diijinkan untuk  mengambil langkah lagi.
Dan itu yang aku tunggu :)

Bukan tentang Cafe

Mereka seperti es krim vanila dan strawberry soda.
Es krim vanila akan meleleh dengan lembut di lidah. Membuat tentram, hati hangat dan penuh perasaan nyaman.
Strawberry soda sangat menyegarkan waktu diteguk. Tapi rasanya menyengat dan nggak bisa banyak-banyak ditelan.
Tapi aku suka semuanya :D
Kalau kamu disuruh milih, kamu pilih yang mana?
Aku mau es krim aja deh..
Tapi waktu aku disodori strawberry soda, aku nggak bisa nolak ternyata.
Untung aku nggak disodori dua-duanya di waktu yang sama :p

Yang penting jangan berlebihan. Kebanyakan makan es krim nggak bagus, apalagi kebanyakan minum soda.
Aku kan juga punya teh :)

16 Mei 2011

Suatu malam, Nadia, seorang temenku, mengirimiku sms yang menjadikan dirinya paling istimewa hari itu. Ketika aku menghadapi waktu yang serupa, aku tidak punya keberanian. Memang bukan jiwaku :)

Suatu sore, seorang temenku menuturkan sebuah nasehat berharga tentang sebuah pengendalian diri. Aku memahaminya sepenuhnya, sekaligus yakin bahwa itu seberat kelihatannya. Hehehe. Kalo sabar itu gampang, dunia pasti aman tentram damai sentosa :D
Sesulit itulah, bahkan setelah berlalunya hari sejak nasehat itu tertanam di otakku, setiap langkah yang kuseret untuk melawan godaan terasa semakin berat saja. Asal tahu saja, ini bukan pertama kalinya aku tercebur situasi yang sama. Tapi kali ini tujuan itu terasa dan terlihat begitu nyata, begitu hidup, sampai aku takut apa yang akan terjadi padaku kalo itu nggak tercapai. Di sisi lain aku juga takut kalo yang kuharapkan beneran tercapai. Aku nggak tahu lebih kuat menghadapi yang mana. Hahaha

Suatu siang, napasku bener2 terhenti sesaat karena kejutan tak terduga. Ibarat makanan yang sudah lama disisihkan sampai terlihat dingin, ternyata dia membakar lidahmu waktu kamu mengunyahnya. Di waktu itu aku sadar, mungkin memang sebenarnya belum dingin ya. Atau memang nggak pernah panas, aku cuma nggak tahu :)

Suatu pagi di benakku, aku akan meletakkan secuil harapanku di suatu tempat.
Suatu siang di benakku, aku akan menyuarakannya dengan dalam dan dekat.
Suatu hari nanti di benakku, roman itu milikku.

Tiba-tiba terngiang candaan seorang temanku yang lain,
"mau kamu jadiin empat tahun? :D"

"Lihat aja nanti"

ugh, pede banget aku :D

Pameran Arsitektur dan Talkshow Paska KKA 2011

Tekad, Teguran, dan Tetapan

Alhamdulillah :)
Ya Muqolibbal Qulub,
Tetapkan kepala saya untuk menunduk,
Tetapkan hati saya untuk merendah,
Tetapkan semangat saya di puncak.

Kerjakan satu per satu, selesaikan yang ada di depan mata.
Jangan biasakan menunda-nunda, karena pekerjaan selalu ada.
Teruskan berdoa, karena itulah yang manusia bisa.

Semuanya berakhir pada insya Allah:
Jika Allah menghendaki.

Rearrange

Kuliah baru terasa menyenangkan akhir-akhir ini. Telat banget ya? :)

Aku menengok kembali ke belakang, ke waktu-waktu di mana aku merasakan perasaan seperti ini, dan ternyata hampir nggak ada. Yang paling mendekati cuma waktu semester 1. Setelah itu, aku seakan lupa apa yang membawaku sampai ke jurusan ini, apa yang aku dapat, apa yang aku kerjakan. Semua itu rapuh. Hampa. Aku berjalan tanpa arah selama hampir tiga tahun. Betapa aku begitu bodoh.

Pertemuan itu memang sudah diputuskan untuk terjadi. Aku bertemu kamu, lalu jadi seperti inilah aku sekarang. Maksudku, jadilah aku hampir seperti aku yang dulu.

Kamu bilang, aku akan merasa jauh berbeda.
Ya, itu benar. Aku merasa jauh berbeda.

Aku berhutang begitu banyak sama kamu. Gimana caraku membalasnya?
Oh aku tahu. Aku harus bahagia.

Katakan cara lain yang lebih baik, kalau ada.
:)

NO SARA

Ini hanya penggalan cerita pendek tentang betapa manusia tercetak dengan membawa budayanya masing-masing.
Kejadian ini nyata, dengan pemeran yang disamarkan. Hehehe

Suatu sore yang basah, di kantin kampus, sekelompok mahasiswa sedang berdiskusi. Beberapa lama setelah diskusi berjalan, datanglah seorang teman mereka, bergabung dalam kelompok.
Mahasiswa 1: "maaf ya, aku telat,"
Mahasiswa-mahasiswa lainnya: (menjawab bersahut-sahutan) "ah nggak papa,"
Diskusi pun dilanjutkan.
Mahasiswa 1: (sambil mengelap-ngelap muka karena ternyata dia kehujanan) "eh tisu kek, apa kek,"
Mahasiswa 2: (tanpa ba-bi-bu, membuka tas, mengulurkan sekotak tisu)
Mahasiswa 3: "eh kamu tu ya, bukannya nanya, 'eh ada yang bawa tisu nggak?', malah tiba-tiba ngomong 'tisu kek, apa kek,'. emangnya sini ngerti kamu maunya apa?"
Mahasiswa 2: (merasa geli)

note:
mahasiswa 1: Nangroe Aceh Darussalam (sumatra)
mahasiswa 2: Daerah Istimewa Yogyakarta (jawa)
mahasiswa 3: Banten (sunda)

Kejadian singkat itu membuatku tersadar bahwa betapa berbedanya cara pikir kita, karena terbentuk di budaya yang berbeda.
Ati-ati tuh, yang punya pasangan beda budaya. Hehehehehe

Memburu Mimpi

Aku tahu bakal langsung ada balesan. Tapi waktu menghadapinya langsung, rasanya tetep aja,, argh.. Pengen banget aku merem, atau memalingkan muka, atau melihat-lihat yang lain, tapi kata-katanya terdengar di kepalaku:
hadapi, jangan lari.
Oke, maka aku buka mata lebar-lebar.
Sumpah. Bahkan waktu mbaca pengumuman UM pun aku nggak segrogi ini. Argh...
Semoga aku diberi kesempatan. Amin. Amin Ya Allah,, amiin...

Realita

Terjadi sekali lagi ternyata. Benar memang kata guru matematikaku yang aku sebut di postingan sebelumnya, tapi kali ini aku sudah bisa menyikapinya dengan lebih bijak. Amin.

Hidup manusia kan memang seperti itu: ada yang datang, ada yang pergi.
Kalau sudah waktunya pergi, kenapa mesti disesali? Kalau memang itu yang lebih baik terjadi, terima saja dengan ikhlas. Klise memang, tapi kata-kata klise macam ini baru terasa benar maknanya saat kita mengalami langsung kondisinya. Dulu aku masih menganggap dia orang jahat, samapai beberapa saat yang lalu. Tapi saat aku mengalaminya untuk kedua kalinya, dengan orang yang berbeda, aku sadar, dia tidak jahat, dia hanya sudah harus pergi. Itu aja.
Maaf ya teman,, aku salah paham terhadapmu selama tujuh tahun belakangan :)

Suatu saat kalian semua akan mengalami kehilangan atau ditinggalkan orang yang kalian masih harapkan kehadirannya. Ketika waktu itu tiba, yang perlu kalian lakukan hanyalah berpikir jernih dan ikhlas.
Case closed.
:)

Lanjutkan Hidupmu

Oke. Kali ini bukan salah saya. Kali ini salah si Mr. Sketch-Up.
Saya sudah berusaha semaksimal saya. Kalau saja saya bisa merender sendiri (maksud saya, saya render SENDIRI, tanpa si Mr. Sketch-Up), pekerjaan saya pasti sudah selesai jauh sebelum saya menulis kata-kata ini.
Sudahlah. Ambil hikmahnya saja.

Akhir-akhir ini saya happy :)
Terima kasih untuk orang-orang yang tidak bisa saya sebutkan namanya di sini (:D) karena tanpa kalian tahu, kalian sudah membuat hidup saya sangat segar belakangan ini. Hahahahahahaa.. Dan saya dengan senang hati akan melanjutkan ini. Mumpung masih ada waktu :p

Bukannya saya bermaksud jahat, tapi kondisinya saya tidak tahu menahu kondisi seperti apa yang sedang terjadi. Jadi saya santai-santai saja. Selama saya senang, tidak ada salahnya bukan? Kecuali kalian memberi tahu saya sebelumnya. Tapi saya yakin itu tidak akan kalian lakukan. Saya akan puasa beli buku 1 bulan kalau kalian sampai berani ngomong hal itu sama saya. Berhubung kalian tidak akan membaca postingan saya kali ini, kelangsungan hidup (buku) saya akan tetap terjamin :D

Untuk kalian-kalian, sekali lagi, terima kasih ya :D
Semoga saya tidak salah langkah sehingga tidak perlu berurusan keperluan-keperluan tersier. Itu untuk kalian saja, tidak perlu kalian bagi untuk saya. Saya cukup menikmati sensasinya saja. Hehehe :p

Terima Kasih Tuhan :)

Waw..
Manusia nggak pernah tahu rencana yang udah dibuat Tuhan untuknya, dan hanya bisa menebak-nebak apakah ini karena itu, apakah itu maksudnya ini, dan seterusnya. Sampai kapanpun kita akan penasaran tentang banyak hal yang nggak bisa kita temukan jawabannya. Kalau kita tetap terus dan selalu ingin tahu tentang maksud segala hal, bisa-bisa kita mati penasaran :D
Bukankah lebih baik kalau kita cukup dengan merasa yakin (aku nggak berani  bilang 'mengimani', itu berat) bahwa apa yang kita alami da kita terima adalah yang terbaik untuk kita?
Contohnya gini:
Allah melarang kita untuk mencukur alis.
Manusia dengan akalnya pasti berusaha mencari-cari alasan. Kenapa nggak boleh? Kenapa? Kenapa? Kenapa?
Jawabannya, karena Allah melarang kita. Titik. Selesai kan?

Tapi itu terserah masing-masing manusia, untuk menyikapinya. Kita punya kepala masing-masing, dengan isi pikiran masing-masing, yang nggak bisa dipaksa untuk jadi seragam. Yang bisa adalah disatukan dalam satu pandangan, dengan pemahaman masing-masing.

Aku bukan sedang bicara tentang aturan agama, sama sekali bukan. Tadi itu cuma contoh gampangnya aja. Aku sedang bicara tentang hidup yang kita jalani sehari-hari. Tentang semua kejadian yang terjadi pada kita. Pasti ada maksud Tuhan yang tersembunyi di baliknya, yang nggak harus kita tahu. Kadang kita diberi ijin untuk tahu, tapi lebih sering kita nggak bisa menemukan itu.
Cukupkan dirimu untuk yakin bahwa yang sedang kamu alami itu adalah yang terbaik buatmu.

Saat kita bisa berpikir kayak gitu, tanpa  penasaran lagi kenapa kamu dibuat seperti itu, rasanya akan jauh lebih ringan :)

Dalam kasusku, bahagia.
hehehe :p

Sebelum hilang, sebelum lalai part 2

Melihat orang lain bahagia, sudah seharusnya kita juga ikut merasa bahagia.
Melihat orang lain jadi tambah baik, sudah sepantasnya kita ikut bersyukur.

Kayak lirik lagunya Nicky Astria yang Panggung Sandiwara, kita nggak pernah betul-betul tahu apa yang sebenarnya benar terjadi, apa yang benar-benar benar, apa yang sebenarnya benar dirasakan, dikatakan, dilakukan. Manusia memiliki banyak pilihan untuk dijalankan, dan semua dengan alasan-alasan yang menurutnya tepat. Tinggal gimana kita bisa bijaksana dalam menyikapinya.

Seorang sahabatku pernah mbaca suatu buku dan dia bilang ke aku,
sahabat itu cuma butuh 3 modal: telinga untuk mendengarkan, hati untuk mengasihi, dan tangan untuk menolong.
yang mana yang udah kamu punya? :)

Seorang guru matematikaku pernah bilang,
jangan pernah percaya atau suka sama seseorang 100%, karena suatu saat nanti, kamu bisa berbalik benci 100%.

Seorang sahabatku pernah bilang,
kalo aku udah dimarah-marahi, aku paling cuma senyum, atau malah ketawa. Paling pol kalo aku udah mangkel, aku cuma diem. Soalnya aku mikir dulu sebelum ngomong.
Tempatin logika di depan, baru emosi di belakangnya. Jangan kebalikannya.

Sebuah iklan di tivi bilang,
semua orang bergerak maju untuk mencapai kesuksesan masing-masing. Tapi pernahkah kita berhenti sejenak untuk melakukan perubahan?
Itu ada dalam diri kita masing-masing, karena hidup kita ada di tangan kita, bukan orang lain.

Meskipun katanya melampiaskan kemarahan adalah cara yang bagus untuk menjaga kesehatan jantung, akan lebih baik lagi kalau kita bisa mengolah hati kita sehingga bisa menyaring dengan baik perlakuan-perlakuan yang kita terima, jadi kita nggak perlu merasa marah.
Namanya juga penyakit hati. Kalau kita merasakan itu, berarti kita lagi sakit. Jasmani aja perlu kita jaga dengan olahraga dan makan makanan yang benar.
Apa usahamu untuk menjaga kesehatan rohani? :)

Benar, Akhirnya Aku Berkata, 'terima kasih..'

Aku tertegun-tegun, sekali lagi.
Aku tersadarkan, kesekian kali.

Mendengar nasehatku sendiri, lagi-lagi. Semua yang pernah kutulis untuk orang lain, yang kuharapkan dapat menyampaikan maksudku padanya, pada akhirnya juga tertuju kembali padaku, dengan cara yang berbeda, dengan maksud sebenarnya. Pada akhirnya aku sendiri yang menemui perkataanku menjadi kenyataan, dan aku selalu takjub akannya. Pada waktunya aku mendapati keadaan yang kutuliskan terwujud, dan ternyata aku sendiri yang lebih membutuhkan nasehat itu, bukan orang lain. Aku sendiri yang membutuhkan itu, agar aku percaya, agar aku tenang dan dapat melanjutkan langkahku. Setiap yang kuharapkan dapat tersampaikan padanya, setiap yang kuharapkan akhirnya menjadi kenyataan, ternyata aku yang merasa 'huff..-ternyata-gitu-to'. Ternyata aku yang paling butuh tahu.

Alhamdulillah..
Terima kasih,, sangat. Sangat. Sangat. Sangat.
Yang kubutuhkan hanya ketetapan hati, ketegaran, kesabaran, ketenangan, dan kepercayaan.
Dan sebenarnya, aku sudah diberi tahu, selalu, jauh sebelumnya. Jauh sebelum itu jadi nyata, jauh saat itu terasa semu, hanya sebatas anggukan paham, sebatas lontaran kata 'ya'.
Aku sudah diberi tahu.
Dan selalu, setelah terlewat, terngiang suaranya di kepalaku,
"pasti dulu kamu nggak nyimak pas aku bilang,"

:)

Selalu sadar setelah berlalu

Carpenters_ Close to You

Why do birds
Suddenly appear?
Everytime you are near
Just like me
They long to be
Close to you

Why do stars
Fall down from the sky?
Everytime you walk by
Just like me
They long to be
Close to you

On the day that you were born
The angels got together and decided
To create a dream come true
So they sprinkled moondust in your hair
Of gold and starlight in your eyes of blue
 

That is why all the girls in town
Follow you all around
Just like me
They long to be
Close to you



liriknya lucu yaa..>-<
aku kebayang adikku cowok pas denger lagu ini. hahaha.. g penting banget. ini cuma preambule kok :)


pertama, keteguhan hati.
kedua, ketenangan dan ketegaran.
ketiga, kesabaran.
keempat, kepercayaan?


sini semuanya. aku tetep maju :)

Yang mana yang kamu pilih?

Saatnya merapikan pikiran.
Kumpulkan semua yang nggak berguna, simpan dalam-dalam, nggak perlu disentuh kalau nggak perlu.
Keluarkan apa saja yang bisa mendukung, jejer di barisan depan, biar gampang dipakai kalau butuh.

Sebuah tekad bisa mengalahkan semuanya.

Bukan sebuah kebetulan aku mendapat pelajaran itu hari ini. Aku memang membutuhkannya, setelah kusadari apa yang sedang berlangsung saat ini.

Klise, tapi punya makna dalam. Hidup adalah pilihan. Pilihan adalah konsekuensi yang diambil. Hanya orang bodoh yang selalu berbalik arah karena ragu-ragu. Hanya orang yang menyedihkan yang mengharap lebih tanpa mau merasa kurang.

Kakimu sudah melangkah, dan kamu punya pilihan. Lanjutkan langkahmu, berhenti, atau berbalik dan mencoba arah lain. Itu tergantung sebesar apa bekal tekadmu sebelum memulai langkahmu.

Kalau aku sih, ayo maju sampai akhir.

Next Stage

Oh yeah.

Di mana-mana, di masa apa aja, yang namanya ujian pasti makin lama makin sulit. Makin berat.

Kupikir aku beruntung karena aku nggak tahu bahwa itu adalah suatu bentuk ujian. Ah. Aku udah sering dibilangin sih. Tapi nggak kusangka bahwa itu adalah ujian-yang-itu. Setelah tahu, aku malah jadi mbayang-mbayangin, kayak apa ujian selanjutnya. Harusnya itu nggak boleh, dan nggak usah, aku pikirin. Datangnya nggak akan bisa disangka-sangka, jangan-jangan aku juga nggak ngrasa kalau itu sebenarnya adalah suatu bentuk ujian. Kalau aku kebetulan bisa melaluinya, baguslah. Kalau aku nggak bisa? nah. Berabe kan? Aku nggak akan bisa lanjut lagi ke tahap selanjutnya, a.k.a. aku gagal. Padahal aku nggak tahu itu adalah sebuah bentuk ujian.


Setelah diingat-ingat lagi, jarak antara ujian satu ke ujian lain nggak sampe 2 minggu. Tapi aku hampir yakin, bahwa ujian selanjutnya setelah ini, akan menuntutku lebih banyak. Aku agak takut.


Dan sebenarnya, aku merasa ujian itu udah dimulai hari ini.

Semoga hatiku lebih kuat daripada yang kukira.

Semoga ujiannya lebih ringan daripada yang kubayangkan.


Ah. Aku lupa berdoa.

Sebelum hilang, sebelum lalai

hei, teman..
layaknya keping biskuit coklat dengan krim yang menyatukan keduanya. Selalu merupakan satu rangkaian, tapi kamu tidak akan melihat salah satunya ketika pandanganmu hanya tertuju pada salah satu yang lain. Seperti masalah yang terasa buntu. Seakan gelap tanpa ujung semuanya, ke mana pun melangkah terasa salah.
Berjalanlah mendekat dan tengok di baliknya saat kamu berjumpa masalah, maka kamu akan menemukan pasangannya, solusi. Mundurlah dan berbalik lari, tapi kamu tidak akan pernah menemukan jalannya. Teman, tidak pernah ada jalan buntu. Yang ada hanya orang yang tersesat, yang tidak bisa menemukan jalan pulang, karena dia berjalan ke arah yang salah.

Teman..
Tidak pernah salah mencoba mengulurkan tangan kita, menggenggam tangan yang membutuhkan dukungan untuk kembali berdiri tegak. Tidak akan kurang ketika kita tulus membagi kecukupan untuk menciptakan segurat senyuman. Teman, kita tidak akan dirugikan hanya karena sebuah pemenuhan kecil akan sebuah permintaan tolong.

Teman,
mulut tidak diciptakan untuk membentuk keluhan. Keluhkanlah semua hal, maka sesungguhnya, hanya sebatas itulah kemampuanmu. Bersabarlah dan lanjutkan, maka kamu akan mendapati dirimu sebagai pemenang.

Teman,
masih terlalu banyak hal yang belum kita tahu.

Yang pasti, dia sayang banget sama Harry :)

Dari Dumbledore aku mengambil pelajaran,

'Jangan memutuskan sendiri dengan pikiran dan perkiraanmu alasanku melakukan tindakan-tindakanku. Saat waktu-waktu itu tiba, kamu akan menganggapku berbuat hal yang salah. Aku mungkin hanya diam, atau malah menentangmu, seolah aku membela pihak yang salah dan berbalik jahat. Tapi aku tahu apa yang kulakukan dan akhir yang kuharapkan terjadi. Aku sudah tahu akan terjadi banyak perlawanan terhadap tindakan-tindakanku, tapi aku lebih tahu. Kamu mungkin, bukan, pasti, akan membenciku meskipun aku sudah berusaha menjelaskannya padamu. Tapi aku tahu itu sebelumnya, maka aku hanya akan diam dan membiarkan waktu mengungkap semuanya. Karena pada saatnya, kamu akan mengerti dengan sangat jelas tanpa kuperlu membuka mulutku. Dan kamu akan ingat semua tindakanku dan pemahaman menyerbumu satu per satu. Di saat itu aku tahu, kamu pasti ingin datang padaku. Tapi itu terserah waktu. Mungkin pada saat itu, kamu sudah tidak bisa lagi bertemu denganku, betapapun kamu ingin. Itu bukan hal yang penting lagi karena tujuanku telah tercapai.'

Itu yang membuat Dumbledore menjadi karakter yang sangat berarti.
Paling nggak, buatku :)

Bandage

Cukup.
Aku menyimpannya, itu benar.
Ada perbedaan besar antara menyimpan dan merawat.
Dan aku nggak perlu mengulang perkataanku lagi.

Ibarat paket obat yang harus kuminum, yang rasanya paling pahit adalah yang paling manjur.
Telan aja, San, kalo kamu mau sembuh.
Oke kutelan semuanya.
Aku mau sembuh.
Pahitnya cuma bentar kok, makan permen aja bisa ilang.
Oke, aku nanti makan permen.
Tapi karena obat itu nggak cuma diminum sekali, pahitnya juga nggak cuma dateng sekali.
Berkali-kali, berkali-kali.
Kamu yang ngasih obat pasti tahu kalo aku ngrasain pahit itu berkali-kali.
Atau kamu nggak tahu, kamu kira aku kebal.
Atau kamu tahu, tapi kamu nggak peduli.
Sudahlah.
Aku pengen sembuh.

Tapi, makasih udah ngasih obatnya.

Membuka Penutup

Entah aku salah atau benar. Yang aku yakini, aku berbuat benar.
Yang aku yakini, belum tentu diterima orang.
Di situlah letak masalahnya.
Aku tidak bisa memaksamu untuk bisa mengerti jalan pikiranku.
Aku pun, seperti yang selalu kulakukan, tidak ingin turut campur terhadap apapun keputusanmu.
Karena aku yakini adanya hak.
Dan hak hidupmu ada di tanganmu.
Aku bukan Tuhan, yang punya kuasa memaksa.
Aku bukan orang tuamu, yang punya kewajiban membina.
Aku juga bukan bonekamu, yang bisa kamu perlakukan seenaknya.
Aku hanya diriku.

Ketahuilah kawan, saat kamu berpikir aku adalah sosok yang jahanam, aku tetap menempatkanmu di relung kasihku.
Ketahuilah kawan, saat kamu memutuskan tali ini dan berpaling pergi, aku memungutnya lagi dan menyimpannya, siapa tahu kamu mencarinya lagi suatu hari nanti.
Dan ketahuilah kawan, jika kamu sampai terperosok jatuh ke jurang dalam di dekatmu itu, sesungguhnya akulah yang akan merasa paling kecewa.
Karena aku tahu.

Dan jika kamu anggap ini adalah sebuah perpisahan, sesungguhnya aku memutuskannya sebagai suatu permulaan.
Hati-hatilah berjalan kawan, bahkan sebuah kerikil pun bisa membuatku menangis dan terluka.

Be Strong

Selamat pagi, dunia.
Selamat datang, sekali lagi, hari yang baru untuk dilalui.
Selamat menjelang satu hari lagi dalam perjuangan.
Selamat menjemput satu langkah lagi lebih dekat pada tujuan.

Hidup adalah perjuangan.
Sebuah slogan klise yang sangat sering kita dengar, dan kita angguki kebenarannya.
Tapi seberapa tahukah kita akan perjuangan itu?

Tadinya aku tidak menganggapnya sebagai hal yang perlu dipikirkan. Toh hidup kita berjalan sendiri, sudah ada yang mengaturnya, dan kita tinggal menjalaninya saja. Tapi ternyata, cara pikirku itu membuatku berjalan tanpa tujuan.

Kita sudah tercipta dan pada waktunya akan hilang dari dunia. Paling tidak, untuk waktu yang sangat singkat itu, berilah tanda pada dunia, bahwa kita pernah ada. Kenali tujuanmu, bergegaslah ke sana, sebelum kamu kehabisan waktu.

Dan, ya, sekali lagi, hidup adalah perjuangan.
Perjuangan yang akan kamu lalui sepanjang eksistensimu di dunia ini untuk mencapai garis finismu.

Nasehat Diri

Betapa sulitnya.
Bukan maksudku mengeluh-ngeluh.
Aku tetap berusaha.

Betapa kuatnya arusnya.
Bukannya aku goyah.
Aku tetap bersikukuh.

Rasanya seperti sedang berusaha mengupas kulitku yang lama dan memakai yang baru.
Rasanya seperti bajumu kekecilan saking lamanya kamu pakai dan sekarang kamu harus susah payah melepasnya.
Tapi kamu harus melepasnya, lalu pakai yang baru, yang sesuai, yang lebih cocok.
Atau kamu bakal merasa kesempitan terus, terus, dan terus, dan tanpa kamu sadari kamu sudah tidak bisa melepas baju itu lagi. Sudah terlambat.

Yeah, walaupun waktu membuka bajumu, kamu nggak selalu lancar.
Ternyata ada bagian baju yang tajam yang menggores kulitmu.
Ternyata kepalamu nggak muat lagi sampe kamu megap-megap.
Dan seterusnya, dan seterusnya.

Oh iya, aku jadi dapet ide. Gimana kalo bajuku kurobek aja sekalian? Pasti jauh lebih mudah lepasnya.
Ah tapi.. Itu bukan penyelesaian yang benar. Bagaimanapun, sekarang, kamu masih sayang sama baju itu, walaupun kamu tahu bahwa kamu harus buang itu jauh-jauh.

Ya, yang paling benar memang seperti ini. Lepas pelan-pelan, sampe kamu bisa bebas dan bisa pakai baju yang benar, sehingga kamu bisa lihat nantinya, bahwa baju kecil itu hanyalah seonggok kebodohan masa lalu yang kamu pertahankan karena kamu tidak bisa melihat realita.

Luapan

Aku mau nyampah. Kalo mau baca monggo, kalo nggak, itu lebih baik.

"Wahai Zat yang Membolak-balikkan hati"

yeah. Udah jelas. Sejelas itu. Hatiku bukan di bawah kontrolku.

Jadi jangan salahkan aku.
Jangan tuntut aku.
Jangan paksa aku.
Jangan desak aku.
Jangan pojokkan aku untuk menjawab pertanyaan "KENAPA"
Really hate it.

Saat aku bilang nggak tau, aku benar2 nggak tau.
Saat aku jawab nggak papa, aku nggak pingin dikejar.
Itu sinyal jelas yang seharusnya bisa ditangkap semua orang bahwa aku sedang tidak ingin bicara.

Aku berusaha membangun rasa percaya. Bukan salahku kalau itu hancur bahkan sebelum bisa berdiri.

Aku marah.

Udah nggak ada urusan. Aku adalah untuk masa depanku.

Suara Malam

Orang boleh sebut aku labil,
aku memang labil.

Orang boleh pandang aku sombong,
aku mungkin saja pernah sombong.

Orang boleh bilang aku buta,
aku mungkin memang sedang tidak bisa melihat.

Orang boleh hina aku,
aku jelas memang hina.

Orang boleh caci aku,
aku memang pantas dimaki.

Orang boleh bilang apapun,
anggap apapun,
pikir apapun.

Aku belajar untuk nggak peduli.

Aku belajar untuk menelan ketidaktahuan kalian.
Kamu, lalu KAmu, kemudian KAMu.

Aku belajar, karena begitulah hidup ini berjalan, katanya. Semoga.

Aku hanya mencoba untuk menjadi lebih baik.
Hal yang sederhana. Namun justru itulah bagian yang paling rumit.
Segala sesuatu tidak selalu berjalan seperti yang aku mau.

Jadi aku harus belajar seumur hidupku. Kalian juga.
Semoga sukses, kawan.
Hidup adalah perjuangan.

Bismillah.. part 2

yeah saya datang lagi :D
di saat temen2 saya pada ngepost desain, saya malah ngepost foto. tapi tak apa.
saya hanya menuruti kata hati saya.
hahahahahahaa...

dikit tok tapi.
lanjutkan.

Bunga Pink (lupa namanya), April 03, 2009


Malaka, Agustus 03, 2010


Malaka, Agustus 03, 2010


Jonker Street, Malaka, Agustus 03, 2010


Becak Malaka, Agustus 03, 2010


Kamboja Merah Punya Mama, Januari 27, 2011

Bismillah.. part 1

Yeah.. saya mau pengakuan. saya seneng motret2. tapi saya nggak pede nunjukin hasil jepretan saya. salah satuny karena saya nggak bisa ngedit2 ala potoshop
*pada dasarnya saya memang nggak suka ngedit hasil jepretan saya

dan karena hasil jepretan temen saya jauh lebih keren. hahahahaha
tapi saya mau share beberapa, sayang kalo cuma saya simpen. bisa2 malah cuma ilang.

sekali lagi, saya amatir lho.
*amatir kok terus :p

eh tapi gimana dengan pelanggaran hak cipta?
ah sudahlah.

cekidot...

Bunga Tembelekan, November 8, 2009


Dadap Merah, November 8, 2009


Gerbang Masjid Kauman Yogyakarta, Mei 25, 2009


Prosesi Pengantaran Minuman untuk Ngarsa Dalem Kraton Yogyakarta, Mei 25, 2009, 11.00 am


Rumah di Jl. Bungur, November 9, 2009 (1st trial pake kamera manual)


Sawah di utara kampus Teknik UGM, November 9, 2009 (1st trial pake kamera manual)


Pintu Masuk Utama Kampus D3 Ekonomi UGM, November 9, 2009
(1st trial pake kamera manual)


Sunset dari Jalan Layang Lempuyangan, Juli 13, 2009, 5:38:34 pm


Rumah di Tegal Panggung 39, Yogyakarta, April 08, 2010


Awan Senja di Blimbingsari, Sleman, April 25, 2010


Sayuran Segar, Pasar Ngasem, Maret 27, 2010


Penjaja Lupis Memotong Lupis dengan Benang, Pasar Ngasem, Maret 27, 2010


Orangutan Gembira Loka, Mei 14, 2010


Bhayangkara Padmanaba 67, PPHP 68, September 19, 2010


Bhayangkara Padmanaba 67, PPHP 68, September 19, 2010


Bhayangkara Padmanaba 67 (Pasukan Teratai), PPHP 68, September 19, 2010

Galau

Aku yang salah, atau memang beginilah seharusnya, atau gimana?

Hidupku beberapa bulan belakangan ini,
*beberapa tahun sebenernya
penuh dengan untung-rugi. Nggak segitunya sih,, tapi segitunya ding.

Dulu waktu masih SD, pelajaran PPKn bilang,
*aku masih inget bgt sampulny warnanya ijo cerah nggilani
kita tidak boleh pilih-pilih teman. contohnya, hanya berteman dengan yang kaya saja.

Tapi.. kalo gini, apa juga salah?

kita bertemanlah dengan orang yang bisa membawa kita ke arah yang lebih baik, maka lebih baik jangan berteman dengan orang yang berjalan ke arah sebaliknya.

Tapi.. apa itu juga berlaku jika situasinya kayak sekarang?
argh.
Pokoknya intinya aku sedang galau.
*asemik make bahasane ababil

Jadi intinya, apakah berteman / dekat dengan orang-orang tertentu itu adalah karena kita akan merasa diuntungkan dengan ada di kelompok mereka?
Itu bukan teman.

Tapi apakah salah jika aku merasa khawatir dengan masa depan?
Nggak kan?

Jadi, apakah kita harus memilih?
teman yang membuatmu merasa nyaman atau yang membuatmu merasa aman.

Jika ya, menurutku berarti ada sebuah kesalahan yang sedang terjadi.
Dan itu terjadi di hidupku sekarang. Argh.

Sebenernya aku tau di mana wilayah aman dan nyamanku, tapi...
Hidup nggak selalu seperti yang kita mau, kan?

Aku mau hidup dengan melakukan hal-hal yang memang kusukai sepenuh hati.
Tapi sekarang, aku nggak tau ke mana aku harus melangkah untuk bisa sampe ke sana.

New Look

Rumahku lg di dandanin. Halaman belakang yang tadinya tanah ternyata mbikin Mama stress gara2 kesannya kotor.
*Mama tipe melankolis

jadi,, akhirnya setelah berunding sama Bapak, diputuskan untuk menutup saja itu tanah2 dengan konblok, tadinya. Tapi yang dipilih akhirnya adalah lempengan batu gunung yang gede2 (diameter sekitar 60 cm-an tp g beraturan) dan pada pemasangannya perlu dipotong. Dan. Ternyata itu termasuk suara yang membuat saya geli2 merinding.

Dan karena debunya ternyata banyak bgt masuk ke kamar saya, saya nggak tahan untuk nggak pake semacam masker. Tapi males nyari dan cuma nyamber apa yang ada di deket saya. Tampang saya jadi kayak gini.

*kok tiba2 'aku' jadi 'saya'? ah sudahlah.

Ini keadaan terakhir halaman belakang rumah saya.

Bagian yang udah dikasih perkerasan

Pak2 tukangnya lagi istirahat

Ukuran batunya dibandingin sama helm

Batunya lagi dipotong. Ini nih yang mbikin saya pengen cepet2 keluar rumah -__-

Doakan cepet selese ya.. Halaman belakang rumah saya kecil kok.. *menghibur diri

memang dasarnya saya..

baru bener2 ngerti maksud dari pernyataan

"kerjakan dengan sebaik-baiknya"

selalu setelah terjadi ketidakberesan pada kerjaan saya.
zzz...
orang yang tidak bisa belajar -________-

Everlasting Teacher

membukai blog temen2 mbikin aku jd pengen nulis lg. hehehe

jadi ini kejadian bbrp hari lalu. Bapak sama Kusy njemput aku dr Semarang di Jombor. Di perjalanan ke Jombor, Bapak sm Kusy ngobrol dan terkuaklah sebuah fakta:

Ada guru SMA 3 yang sekarang masih aktif ngajar yang dulu udah ngajar waktu Bapak SMA.

Waow! aku kan amazed :D

dan ternyata beliau adalah seorang guru yang sekarang populer dengan sebuah julukan. *sensored* :)

cap cus deh mbuka fesbuk. Humas Padmanaba bbrp waktu lalu ngupload foto2 guru era 80-an.
dan pasti dooong,, ada foto beliau pas jamannya Bapak SMA.

dan kami pun tertawa-tawa sekeluarga :D
hahahahahaha.....

before (before aku lahir maksudku :D)

after

yes.. Beliau adalah Bu Nur Hidayati,, guru kimia kita tercintaa :D

aku gatel pgn nunjukin foto Bapakku pas SMA ke Bu Nur. hahahahaaa