Passion dan 70

Sebelum mulai tulisan ini, aku cuma mau bilang bahwa aku suka bgt template blog ini, jd meskipun sederhana bgt, mgkn g akan aku ganti :)

Okay, let's get start it :)

Akhir-akhir ini sedang sering menemui -dan ditemukan oleh- banyak hal yang membawa-bawa topik 'passion'.
"follow your passion"
"sesuatu..passion"
"passion..sesuatu"

Aku nggak akan membahas atau menggalau tentang tujuan hidup gara2 berada di persimpangan passion-dan-tuntutan, tenang aja.. *belum2 udah berbau curcol

Passion sering dikaitkan dengan ke mana hidup kita mau kita arahkan, ke arah yang bisa membuat kita bahagia (atau LEBIH bahagia) dengan melakukan hal-hal yang kita sukai (cintai?). Menurutku menemukan passion itu sesimpel menemukan senyum dan tawa tulus dari sekelilingmu.
eh salah.
Sesimpel bisa menemukan hal-hal positif di sekelilingmu yang bisa membuatmu tersenyum dengan hati yang ringan dan tulus. Dan biasanya itu bisa didapat dengan berada di sekitar hal-hal yang kamu sukai atau orang-orang yang kamu sayangi, atau gabungan dari keduanya. Ketika kamu bisa menemukan momen gabungan keduanya, rasanya bakal luar biasa. Kalau kamu berhasil menemukannya, kamu bakal menempatkannya sebagai hartamu yang sangat berharga.

Kita mungkin tidak bisa selalu bertemu luapan bahagia itu, yang menurutku kayak anak kecil yang diajak mainan petak umpet. Kalau kita sabar menunggu sebentaaaar lagi, dia bakal muncul sendiri. Kalau kita kejar berlebihan, dia mungkin justru berusaha sembunyi lebih baik.

Yang perlu kita jaga adalah pikiran tentang menjaga itu sendiri. Ketika merasa jauh dari perasaan-bahagia-karena-passion, mungkin kamu cuma bergerak terlalu cepat sehingga melewatkan detail-detail kecil. Detail yang sebenarnya bisa membangkitkan dan menjaganya tetap ada. Seperti yang dulu pernah aku tulis di sebuah post: seperti bara dalam jerami. dia mungkin kecil dan nggak nampak, tapi dia ada di sana. dan bisa membakar hebat kalau diberi kesempatan.

Wah ternyata ini tulisan absurd seperti biasanya hahaha :D

Semoga bisa ada manfaatnya deh

_Tulisan ini didedikasikan untuk adek2 70-ku, untuk beberapa hari yang nano-nano ini ;)_

http://padmanaba.or.id/kalawarta/wp-content/uploads/2011/11/LOGO-PADMANABA.jpg

Yeah :)

Mari kita mengawali tahun ini dengan nasehat pada diri sendiri.

1. Paling baik adalah tidak berlebihan.
2. Perlahan tapi pasti jauh lebih baik daripada cepat dan berakhir berantakan.
3. Kalau tidak mau sakit karena jatuh dari tempat yang terlalu tinggi, berhentilah memanjatnya.

Santai lah.. :)

Mungkin Itu Alam Bawah Sadar?

Pernahkah kamu punya sebuah keinginan yang sangat ingin diraih?
Pasti pernah punya.
Pernahkah kamu mengalami waktu di mana keinginan itu berada di puncaknya, menuntut untuk diwujudkan?
Kalau pernah, kapan? Di waktu apa?
Waktu kamu bangun di pagi hari?
Waktu kamu bersiap menutup menuju tidur?
Waktu kamu segar bertenaga di siang hari?

Tapi pernahkah kamu merasa begini:

Keinginan itu menjadi sangat jelas, nyata, dan menuntut, bukan ketika kalian secara sadar menginginkan dan memperjuangkannya.
Dia datang seperti gelombang ombak laut di tepi pantai berarus deras, menyergapmu yang tanpa pertahanan dan menggulungmu, menyeretmu bersamanya. Hanya untuk kemudian dibawa kembali ke tepi pantai tanpa sedikitpun luka dan cela. Berulang kali, berulang kali, sampai kamu sadar sepenuhnya bahwa pasti gelombang itu akan datang dan menyerbumu lagi. Tapi kamu tetap tidak bisa bertahan. Kamu terbawa gelombang yang sama setiap kali dia datang dan hanya bisa bertanya-tanya ke mana sebenanrnya gelombang itu bisa membawamu kalau kamu tidak terlalu dekat dengan pantai.
Tapi anehnya dia tidak akan datang jika dipanggil. Ketika kamu mengharapkannya datang, dia seolah tidak pernah ada. Dan ketika kamu hampir lupa bahwa dia pernah ada, dia menghantammu begitu kuat sehingga begitu sadar, kamu sudah ada dalam gelombang arus yang dahsyat. Dan kamu tahu bagaimana akhirnya: kamu dibawa kembali ke pantai dengan selamat.
Dan kamu bingung sepertiku sehingga menulis ini.

Pernahkah?
Pernahkah kamu merasa seperti itu minimal lima kali dalam sehari?
Kalau pernah, pendapatmu akan sangat berarti untukku ketika kamu mau berbagi di sini.

Karena keinginan itu menguat dengan sebegitu dahsyatnya justru ketika seharusnya dia jauh dariku:
ketika aku sedang menghadap kepada Tuhanku.