Yang mana yang kamu pilih?

Saatnya merapikan pikiran.
Kumpulkan semua yang nggak berguna, simpan dalam-dalam, nggak perlu disentuh kalau nggak perlu.
Keluarkan apa saja yang bisa mendukung, jejer di barisan depan, biar gampang dipakai kalau butuh.

Sebuah tekad bisa mengalahkan semuanya.

Bukan sebuah kebetulan aku mendapat pelajaran itu hari ini. Aku memang membutuhkannya, setelah kusadari apa yang sedang berlangsung saat ini.

Klise, tapi punya makna dalam. Hidup adalah pilihan. Pilihan adalah konsekuensi yang diambil. Hanya orang bodoh yang selalu berbalik arah karena ragu-ragu. Hanya orang yang menyedihkan yang mengharap lebih tanpa mau merasa kurang.

Kakimu sudah melangkah, dan kamu punya pilihan. Lanjutkan langkahmu, berhenti, atau berbalik dan mencoba arah lain. Itu tergantung sebesar apa bekal tekadmu sebelum memulai langkahmu.

Kalau aku sih, ayo maju sampai akhir.

Next Stage

Oh yeah.

Di mana-mana, di masa apa aja, yang namanya ujian pasti makin lama makin sulit. Makin berat.

Kupikir aku beruntung karena aku nggak tahu bahwa itu adalah suatu bentuk ujian. Ah. Aku udah sering dibilangin sih. Tapi nggak kusangka bahwa itu adalah ujian-yang-itu. Setelah tahu, aku malah jadi mbayang-mbayangin, kayak apa ujian selanjutnya. Harusnya itu nggak boleh, dan nggak usah, aku pikirin. Datangnya nggak akan bisa disangka-sangka, jangan-jangan aku juga nggak ngrasa kalau itu sebenarnya adalah suatu bentuk ujian. Kalau aku kebetulan bisa melaluinya, baguslah. Kalau aku nggak bisa? nah. Berabe kan? Aku nggak akan bisa lanjut lagi ke tahap selanjutnya, a.k.a. aku gagal. Padahal aku nggak tahu itu adalah sebuah bentuk ujian.


Setelah diingat-ingat lagi, jarak antara ujian satu ke ujian lain nggak sampe 2 minggu. Tapi aku hampir yakin, bahwa ujian selanjutnya setelah ini, akan menuntutku lebih banyak. Aku agak takut.


Dan sebenarnya, aku merasa ujian itu udah dimulai hari ini.

Semoga hatiku lebih kuat daripada yang kukira.

Semoga ujiannya lebih ringan daripada yang kubayangkan.


Ah. Aku lupa berdoa.

Sebelum hilang, sebelum lalai

hei, teman..
layaknya keping biskuit coklat dengan krim yang menyatukan keduanya. Selalu merupakan satu rangkaian, tapi kamu tidak akan melihat salah satunya ketika pandanganmu hanya tertuju pada salah satu yang lain. Seperti masalah yang terasa buntu. Seakan gelap tanpa ujung semuanya, ke mana pun melangkah terasa salah.
Berjalanlah mendekat dan tengok di baliknya saat kamu berjumpa masalah, maka kamu akan menemukan pasangannya, solusi. Mundurlah dan berbalik lari, tapi kamu tidak akan pernah menemukan jalannya. Teman, tidak pernah ada jalan buntu. Yang ada hanya orang yang tersesat, yang tidak bisa menemukan jalan pulang, karena dia berjalan ke arah yang salah.

Teman..
Tidak pernah salah mencoba mengulurkan tangan kita, menggenggam tangan yang membutuhkan dukungan untuk kembali berdiri tegak. Tidak akan kurang ketika kita tulus membagi kecukupan untuk menciptakan segurat senyuman. Teman, kita tidak akan dirugikan hanya karena sebuah pemenuhan kecil akan sebuah permintaan tolong.

Teman,
mulut tidak diciptakan untuk membentuk keluhan. Keluhkanlah semua hal, maka sesungguhnya, hanya sebatas itulah kemampuanmu. Bersabarlah dan lanjutkan, maka kamu akan mendapati dirimu sebagai pemenang.

Teman,
masih terlalu banyak hal yang belum kita tahu.