Abstrak itu Nyata

Ketik, hapus. Ketik, hapus lagi.

Termenung.

Kedip. Kedip.

Aku rasa aku sudah. Tapi ternyata aku belum. Apa aku akan salah kalau aku bertanya 'bagaimana'?

Renung.

Pasti lebih mudah kalau itu bukan angan.


Seharusnya aku berhadapan dengan layar hitam sekarang.


Berkali-kali nada peringatan yang sama:
Jangan, jangan sampai syirik.
Tapi di mana batasnya?

Berkali-kali aku ingin melontarkannya.
Tapi aku takut jawabannya akan sama:
Sebenarnya aku tersinggung.

Terucap lagi sepenggal yang sama, sepenggal yang dilarang.
Tapi tahukah? Lagi-lagi jawabannya sama:
Pasti tahu, tapi kenapa terulang? Atau memang diulang? Entahlah, apakah mengingatkannya juga termasuk menyinggung?

Aku bingung apa yang tahu dan tidak tahu. Seberapa tahu. Atau seberapa tidak tahu. Apakah sengaja sehingga aku bertanya?

Karena keraguan bisa menjadi bara yang membakar diam-diam dan berubah menjadi api yang menghanguskan.

0 komentar:

Posting Komentar