Ini hanya penggalan cerita pendek tentang betapa manusia tercetak dengan membawa budayanya masing-masing.
Kejadian ini nyata, dengan pemeran yang disamarkan. Hehehe
Suatu sore yang basah, di kantin kampus, sekelompok mahasiswa sedang berdiskusi. Beberapa lama setelah diskusi berjalan, datanglah seorang teman mereka, bergabung dalam kelompok.
Mahasiswa 1: "maaf ya, aku telat,"
Mahasiswa-mahasiswa lainnya: (menjawab bersahut-sahutan) "ah nggak papa,"
Diskusi pun dilanjutkan.
Mahasiswa 1: (sambil mengelap-ngelap muka karena ternyata dia kehujanan) "eh tisu kek, apa kek,"
Mahasiswa 2: (tanpa ba-bi-bu, membuka tas, mengulurkan sekotak tisu)
Mahasiswa 3: "eh kamu tu ya, bukannya nanya, 'eh ada yang bawa tisu nggak?', malah tiba-tiba ngomong 'tisu kek, apa kek,'. emangnya sini ngerti kamu maunya apa?"
Mahasiswa 2: (merasa geli)
note:
mahasiswa 1: Nangroe Aceh Darussalam (sumatra)
mahasiswa 2: Daerah Istimewa Yogyakarta (jawa)
mahasiswa 3: Banten (sunda)
Kejadian singkat itu membuatku tersadar bahwa betapa berbedanya cara pikir kita, karena terbentuk di budaya yang berbeda.
Ati-ati tuh, yang punya pasangan beda budaya. Hehehehehe
Itu sih minta dielus, tapi malah digampar
6 tahun yang lalu
1 komentar:
kekekek, yang nangroe aceh langsung ketahuan siapa; tapi yang banten siapa sih?
hmm, dari bahasanya sih...
Posting Komentar