Ada yang ingin kukatakan untuk seorang temanku, yang pasti tidak akan pernah didengarnya.
Satu sisi, itu pasti akan memperburuk hubungan kami, yang kurasa memang tidak pernah berjalan baik, yang hanya seolah-olah baik. Tapi di sisi lain, kalau aku tidak mengatakannya, kami hanya akan meneruskan kepura-puraan ini padahal tahu apa yang dirasakan masing-masing pihak. Dan kuputuskan tidak akan mengatakannya :)
* gawe penasaran :D
Oya, sebelumnya, kuberi tau dulu bahwa aku nulis ini dalam mood lumayan oke :D
Temanku, saat pertama aku datang ke hidupmu, aku udah tau kamu nggak suka aku. Dan nggak akan pernah suka aku. Dan mungkin, pikiranku itu benar.
Awalnya, kita hanya kenal lewat pembicaraan orang ketiga, yang adalah orang 'penting' di hatimu. Aku belum ketemu kamu, tapi mungkin kamu udah liat wajahku dari foto. * ge er :D
Saat itu, yang kurasa, kehadiranku cuma kayak hama-pengganggu-yang-wajib-dimusnahkan. Situasinya jelas : kamu nggak suka aku ada.
Akhirnya, kita ketemu. Pagi itu cuaca cerah, dan kita bisa tertawa bersama. Atau paling nggak, itulah yang terlihat. Kamu terlihat bisa menerimaku. Aku mulai berpikir, mungkin, keadaan nggak separah yang kubayangkan. Mungkin sebenarnya, itu cuma pikiran2 burukku tentangmu. Tapi aku belum kenal kamu. Mungkin juga itu cuma kedokmu. Maka aku melalui hari dengan anggapan bahwa kamu memang belum nrima aku, tapi udah ada kesempatan buatku untuk bisa menjalin hubungan yang lebih baik.
Lalu aku dibingungkan dengan kehadiran fakta2 yang kontradiktif. Beberapa kejadian membuatku yakin, kamu pasti udah nrima aku, udah ikhlas dengan keberadaanku, udah bisa melihatku tanpa merasa benci padaku. Termasuk yang keluar dari mulutmu sendiri.
Tapi di banyak waktu yang lain, kamu berlaku sangat lain. Kamu marah, kamu nangis, kamu berontak, kamu menghakimi, kamu menolak, kamu menghindar, kamu kecewa, karena aku. Karena aku udah merampas kehidupan bahagiamu. Karena aku memaksamu untuk berbagi. Karena aku masih bertahan seperti ini dengan tidak tau diri.
Tapi teman,,
bukankah kamu sendiri yang bilang, bahwa kamu menyerah?
bukankah kamu pernah bilang, kamu nggak masalah denganku?
bukankah kamu yang meyakinkanku, bahwa kamu nggak akan menyesal? Padahal aku udah menolaknya, padahal aku yakin, kamu pasti akan terluka,, tapi kamu bilang "nggak papa,,". Plus dengan wajah berbinar-binar. Dan aku udah berkali-kali bilang, "jangan nyesel,"
Kamu paham maksudku dengan "jangan menyesal," kan? Maksudku,, jangan menyesal! Aku ragu kamu nggak bener2 ngrasain kalimatku saat aku mengatakannya. Dan kamu nggak mempertimbangkan efek jangka panjangnya.
Kamu tau kenapa aku tanya ke kamu berkali-kali?
Karena aku tau, bahwa kamu sama denganku. Kita serupa. Apa yang kita rasain, apa yang kita pikir, apa yang kita benci, kita serupa. Apa kamu tau itu? Aku tanya, apa kamu tau itu???
* nggak akan dijawab lah :D
Jadi temanku,, aku sekarang yakin, walaupun kamu pernah berkali-kali bilang bahwa kamu udah mau nrima keberadaanku dengan segala kondisi dan konsekuensi yang akan terjadi,, kamu sebenarnya masih berharap aku pergi saja.
Itu sih minta dielus, tapi malah digampar
6 tahun yang lalu